Senin, 05 April 2010

PENGARUH SINAR ULTRAVIOLET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KULTUR IN VITRO KRISAN (Chrysanthemum morifolium RAM.)

Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting, karena cahaya merupakan sumber energi yang dibutuhkan untuk beberapa proses metabolisme bagi tumbuhan. Salah satu cahaya yang berasal dari matahari adalah sinar ultraviolet (UV). Penggunaan radiasi, di antaranya sinar UV, telah banyak diteliti untuk mendapatkan fenotip baru yang lebih menarik pada tanaman hias. Namun radiasi sinar UV juga dapat berdampak pada kerusakan sel tumbuhan. Chrysanthemum morifolium RAM., yang dikenal dengan nama krisan atau seruni, merupakan salah satu bunga yang memiliki potensi ekonomi tinggi untuk dikembangkan. Induksi mutagenesis banyak digunakan untuk mendapat varietas baru krisan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamati pengaruh radiasi sinar UV terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan krisan yang dikultur secara in vitro. Eksplan daun krisan ditanam dalam medium induksi tunas, yang terdiri atas medium Murashige dan Skoog (MS) ditambah dengan 5.106 M NAA dan 5.10-5 M BAP. Medium multiplikasi menggunakan medium dasar MS yang ditambah dengan 10-6 M NAA serta 104 M BAP. Penyinaran UV dilakukan setelah subkultur ke-4. Taruk disinari dengan UV pada awal subkultur (hari ke-0 setelah subkultur) atau hari ke-15 setelah subkultur. Perlakuan sinar UV dilakukan selama 10 jam per hari, kultur lalu disimpan di tempat gelap atau terang selama 14 jam perhari selama dua minggu. Tanaman kontrol disinari selama 24 jam menggunakan lampu TL. Setelah perlakuan, kultur disimpan di tempat terang selama 2 minggu, dan selanjutnya dilakukan aklimatisasi. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman, panjang akar, kadar klorofil daun serta persentase keberhasilan aklimatisasi pinak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sinar UV menyebabkan penurunan kadar klorofil, jumlah daun, tinggi taruk, berat basah serta panjang akar tanaman. Penurunan tersebut terutama diperoleh pada kultur tanaman yang diberi perlakuan pada tahap awal pertumbuhan. Setelah dua bulan aklimatisasi, hampir semua tanaman dapat tumbuh dengan baik dengan persentase kelulushidupan sebesar 100%, kecuali tanaman yang diberi perlakuan sinar UV diikuti dengan penggelapan (UV-G) dengan persentase kelulushidupan sebesar 93,33%. Semua tanaman mampu berbunga pada waktu yang hampir bersamaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan sinar UV menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman krisan selama kultur in vitro, akan tetapi tanaman tersebut mampu untuk memperbaiki pengaruh negatif UV sehingga tumbuh dengan baik setelah aklimatisasi.

SUMBERDAYA TANAH DAN KESESUAIANNYA UNTUK PERTANIAN

SUMBERDAYA TANAH
DAN KESESUAIANNYA UNTUK PERTANIAN

Diabstraksikan oleh
Prof Dr Ir Soemarno MS
Malang, 2008


PENDAHULUAN

Tanah dapat didefinisikan sebagai material mineral tidak-padu yang berada di permukaan bumi dan yang berfungsi sebagai medium alami bagi pertumbuhan tanaman darat. Akan tetapi kalau dilakukan praktek-praktek pengelolaan tanah dan dengan demikian dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, maka akan banyak terjadi modifikasi pada karakteristik dan kualitas tanah. Efek-efek modifikasi terhadap lengas tanah, temperatur-tranah, oksigen-udara-tanah, karakteristik kimiawi, kekurangan atau keracunan hara, dapat muncul dan terlibat dengan interaksi-interaksi yang terjadi di antara parameter-parameter ini. Selain hal-hal tersebut, uraian berikut ini akan dibatasi pada modifikasi zone perakaran tanaman, terutama yang berkaitan dengan penyembuhan kekurangan unsur hara.
Praktek pengolahan tanah untuk budidaya tanaman seringkali memodifikasi zone perakaran tanaman secara signifikan. Tindakan pengolahan tanah lazimnya dilakukan karena beberapa alasan, misalnya untuk menggemburkan tanah sehingga memudahkan penetrasi akar, mengubur residu panen tanaman sebelumnya, menyediakan lingkungan yang sesuai bagi benih, mengendalikan gulma. Tradisi, estetika, dan manfaat-manfaat tertentu lainnya telah memotivasi petani untuk mempraktekkan berbagai macam tindakan pengolahan tanah dan budidaya tanaman, yang pada akhirnya akan memodifikasi zone perakaran. Praktek-praktek seperti ini dianggap lebih layak kalau sumber enerji, terutama yang berasal dari bahan bakar fosil, cukup tersedia dan lebih ekonomis. Konsep penggunaan enerji telah berubah secara drastis pada akhir-akhir ini, terutama dalam proses produksi pertanian. Semakin terbatasnya enerji fosil dan dengan demikian semakin meningkatnya biaya serta minat terhadap konservasi tanah, telah mendorong semakin banyaknya perhatian terhadap konsep minimum-tillage. Sistem ini mempengaruhi tingkat modifikasi zone perakaran tanaman dan mungkin juga akan berpengaruh terhadap cekaman (kekurangan) hara.
Data yang sahih tentang pengaruh modifikasi zone perakaran terhadap cekaman hara relatif sulit dan mahal diperoleh. Heterogenitas di antara dan di dalam lokasi serta interaksi yang kompleks di antara faktor-faktor telah mengakibatkan kesulitan interpretasi data terutama kalau replikasi waktu tidak dilakukan. Walaupun demikian masih dimungkinkan untuk mengubah dan mengatasi kekurangan hara yang diakibatkan oleh adanya modifikasi zone perakaran.
Dalam rangka memperkenalkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan menyembuhkan kekurangan hara, dianggap perlu untuk terlebih dahulu memahami sifat dan karakteristik dari permasalahan yang dihadapi. Untuk ini maka harus memahami berbagai pengetahuan tentang fenomena kesetimbangan dalam tanah yang mengendalikan suplai hara ke akar tanaman. Kalau pengetahuan ini telah dikuasai, maka perlu mengevaluasi presisi dan nilai prognostik dari metode-metode yang ada untuk menjelaskan status kesuburan tanah. Hal ini memungkinkan kita untuk menentukan realibilitas cara-cara yang digunakan untuk mendiagnosa kekurangan hara dalam suatu kasus tertentu. Setelah itu berbagai pendekatan untuk menyembuhkan kekurangan hara dapat dirancang untuk memaksimumkan respon tanaman terhadap perlakuan penyembuhannya.
Ada banyak kendala dalam diagnosis sifat dan keparahan problematik yang ada dan pada akhirnya akan menimbulkan kesulitan dalam upaya menyembuhkan sesuatu masalah kekurangan hara. Banyak aturan-aturan dan kaidah-kaidah tertulis tentang kesuburan tanah dan diagnosis kekurangan hara.
Disamping sebagai tempat tegaknya tanaman, tanah juga mensuplai unsur hara esensial yang diperlukan oleh tanaman kecuali CO2 dan O2 yang berasal dari atmosfer. Interaksi antara fase padatan dan cairan dalam mensuplai unsur hara esensialdari tanah ke akar tanaman, diabstraksikan dalam Gambar 1.1. Secara umum telah disepakati bahwa tanaman menyerap sebagian besar haranya secara langsung dari larutan tanah, maka komponen ini akan menjadi fokus pembahasan. Konsentrasi larutan tanah selalu encer, jarang yang melampaui 10 mM kecuali pada kondisi saline. Larutan tanah berada dalam kondisi kesetimbangan dinamik dengan fase padatan tanah yang mencerminkan cadangan hara.
Untuk dapat lebih memahami reaksi-reaksi kesetimbangan yang ada dalam tanah, kita perlu untuk mengkaji konsep-konsep ketersediaan dan suplai hara kepada tanaman. Istilah "ketersediaan" itu sendiri masih belum terdefinisikan secara baik, tetapi telah diartikan sebagai ”kondisi dimana tanaman mampu mendapatkan hara secukupnya”. Misalnya, ion-ion dalam larutan tanah mudah tersedia tetapi jumlah totalnya sedikit. Oleh karena itu kesinambungan penyerapan hara dari larutan tanah tergantung kepada laju pembaharuan konsentrasinya dari cadangan hara yang berada pada fase padatan-tanah. Oleh karena itu pada umumnya dianggap benar bahwa tambahan pertama dari hara yang diambil akan lebih mudah tersedia dibandingkan dengan tambahan-tambahan berikutnya karena enerji ikatannya kepada fase padatan tanah semakin besar.



1. Tanah: Deskripsi Famili Tanah

1.1. Famili Patokpicis, lereng agak melandai
(Lokasi Desa Patok Picis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang)

Famili tanah ini terdiri dari Seri Tanah Durenan dan Seri Tanah Patokpicis, terbentuk dari bahan induk pasir dan abu volkan. Penyebarannya pada bentuk wilayah berombak, lereng melandai dengan kisaran antara 3 sampai 7 persen.
Inklusi pada tanah ini adalah tanah Klakah yang terdapat pada posisi yang sama, dengan jumlah inklusi antara 5 sampai 10 persen.
Umumnya tanah ini digunakan untuk pertanian tanaman pangan bercampur dengan tanaman tahunan berupa padi, palawija dan buah-buahan. Tanah ini potensi erosinya sedang. Upaya konservasi berupa pembuatan teras dan tanaman penutup tanah atau tanaman keras pada bagian ujung teras (berm terrace) akan dapat mengurangi bahaya erosi.
Tanah-tanah yang termasuk ke dalam famili ini pada umumnya sesuai untuk tanaman pangan semusim, tanaman tahunan dan tanaman buah-buahan. Berda¬sarkan kesesuaian lahan serta faktor pembatasnya, tanah ini disarankan untuk pertanian tanaman pangan, tahunan dan buah-buahan.

1.2. Famili Tanah Ngandeng - Patokpicis, lereng agak curam
Famili Tanah ini terdiri dari seri tanah Ngandeng dan Patokpicis terben¬tuk dari bahan induk pasir dan abu volkan. Penyebarannya pada bentuk wilayah bergelombang dengan kisaran lereng antara 15 sampai 30 persen.
Inklusi pada tanah ini adalah tanah Klakah dan Sumberlombok yang penye¬barannya menempati posisi bagian atas dan lereng bawah, jumlah inklusi sekitar 10 sampai 15 persen.
Umumnya tanah ini sekarang digunakan untuk tanaman tahunan atau buah- buahan. Tanah ini potensi erosinya tinggi sampai sangat tinggi. Upaya konservasi berupa pembuatan teras dan tanaman penutup tanah atau tanaman keras pada bagian ujung teras akan dapat mengurangi bahaya erosi.
Tanah ini sesuai untuk tanaman tahunan atau buah-buahan. Berdasarkan kesesuaian lahan serta faktor pembatasnya, tanah ini disarankan untuk pertanian tanaman tahuanan atau buah-buahan serta dilengkapi tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi dan mempertahankan atau memperbaiki keadaan hidro-orologi.

1.3. Famili Tanah Ngandeng- Patokpicis, lereng curam
Famili tanah ini terdiri dari seri tanah Ngandeng dan Patokpicis yang berkembang dari bahan induk pasir dan abu volkan. Penyebarannya pada bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit dengan kisaran lereng antara 30 sampai 50 persen.
Inklusi pada famili ini adalah tanah Klakah dan batuan (boulder) yang terdapat pada posisi yang sama dan atau menyebar, jumlah inklusi antara 5 sampai 10 persen.
Sebagian terbesar tanah ini sekarang digunakan untuk pertanian dan kehutanan berupa tanaman pangan, tahunan dan hutan pinus. Tanah ini potensi erosinya sangat tinggi.
Tanah ini umumnya tidak sesuai untuk tanaman pangan, tahunan atau buah- buahan. Berdasarkan kesesuaian lahan serta faktor pembatasnya , tanah ini disarankan untuk tanaman hutan atau kayu-kayuan (jati, sonokeling, mahoni, dan sebagainya) serta dilengkapi tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi dan mempertahankan atau memperbaiki keadaan hidroorologi.

1.4. Famili Ngandeng - Patokpicis, lereng sangat curam
Famili Tanah ini terdiri dari seri tanah Ngandeng dan Patokpicis yang berkembang dari bahan induk pasir dan abu volkan. Penyebarannya pada bentuk wilayah berbukit sampai bergu¬nung dengan kisaran lereng antara 45 sampai 80 persen.
Inklusi pada famili ini adalah tanah Klakah yang menempati posisi bagian bawah, jumlah inklusi 5 sampai 10 persen.
Umumnya tanah ini sekarang digunakan untuk pertanian dan kehutanan berupa tanaman pangan dan hutan pinus. Tanah ini potensi erosinya sangat tinggi.
Tanah ini tidak sesuai untuk tanaman pangan, tahunan atau buah-buahan. Berdasarkan kesesuaian lahan serta vaktor pembatasnya, tanah ini disaran¬kan untuk dipertahankan sebagai areal kehutanan atau ditanamai dengan tanaman kayu-kayuan (jati, sonokeling, mahoni dan sebagainya) serta dilengkapi tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi dan mempertahankan atau memperbaiki keadaan hidroorologi.

1.5. Famili Tanah Dampit, berombak
(Lokasi: Desa Dampit, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang)
Famili Tanah ini terdiri dari seri tanah Dampit dan Jombok yang terben¬tuk dari bahan induk tufa volkan. Penyebarannya pada bentuk wilayah berombak dengan kisaran lereng antara 5 sampai 15 persen.
Inklusi pada tanah ini adalah tanah Mundu dan Tempur, menempati posisi sama, jumlah inklusi 5 sampai 15 persen.
Umumnya tanah ini sekarang digunakan untuk pertanian tanaman pangan, tahunan atau tanaman campuran berupa padi, palawija, kelapa dan buah- buahan. Tanah ini potensi erosinya sedang. Upaya konservasi berupa pembuatan teras dan tanaman penutup tanah atau tanaman keras pada bagian ujung teras akan dapat mengurangi bahaya erosi.
Tanah-tanah ini umumnya sesuai untuk tanaman pangan, tahunan atau buah- buahan. Berdasarkan kesesuaian lahan serta faktor pembatas lainnya, tanah ini disarankan untuk pertanian tanaman pangan, tahunan dan buah- buahan.

1.6.. Famili Tanah Dampit, berombak sampai bergelombang
Famili Tanah ini terdiri dari seri tanah Dampit dan Jombok terbentuk dari bahan induk tuf atau abu volkan.
Penyebarannya pada bentuk wilayah berombak sampai bergelombang dengan kisaran lereng antara 10 sampai 30 persen.
Inklusi pada tanah ini adalah tanah Krajan menempati posisi yang sama, jumlah inklusi 5 sampai 10 persen.
Umumnya tanah ini digunakan untuk tanaman keras, coklat, kopi dan seba¬gian tanaman pangan berupa padi dan palawija. Tanah ini potensi erosinya sedang sampai tinggi. Upaya konservasi berupa pembuatan teras bangku dan gulud dan tanaman penutup tanah atau tanaman keras pada bagian ujung (berm terrace) akan dapat mengurangi bahaya erosi.
Tanah-tanah ini sesuai untuk tanaman pangan, tahunan, buah-buahan. Berdasarkan kesesuaian lahan serta faktor pembatasnya, tanah ini disaran¬kan untuk pertanian tanaman pangan intercroping dengan tanaman tahunan.

1.7. Famili Tanah Dampit, bergelombang
Famili tanah ini terdiri dari seri tanah Dampit dan Jombok terbentuk dari bahan induk tufa volkan. Penyebarannya pada bentuk wilayah berge¬lombang dengan kisaran lereng antara 15 sampai 30 persen.
Inklusi pada famili ini adalah tanah Krajan dan Tempur yang menempati posisi sama, jumlah inklusi antara 10 sampai 15 persen.
Umumnya tanah ini sekarang digunakan untuk pertanian tanaman pangan, tahunan atau tanaman campuran berupa padi, palawija dan buah-buahan. Tanah ini potensi erosinya sedang sampai tinggi. Upaya konservasi berupa pembuatan teras gulud dan tanaman penutup tanah atau tanaman keras pada bagian tebing teras akan dapat mengurangi bahaya erosi.
Tanah ini umumnya sesuai untuk tanaman pangan, perkebunan coklat atau buah-buahan. Tanah ini disa-rankan untuk tanaman pangan intercroping dengan tahunan.





2. Kaidah Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kegiatan evaluasi lahan dan survei tanah, sangat dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mesuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang seyogyanya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya. Termasuk ke dalam evaluasi tersebut adalah peneli¬tian dan penilaian tentang tekstur tanah lapisan atas, tekstur tanah lapisan bawah, kedalaman solum dan subsoil, warna tanah lapisan atas, struktur tanah, keadaan batu-batuan, mudahnya diolah, permeabilitas subsoil, drainase permukaan, drainase internal profil tanah, kemiringan, derajat erosi, bahaya erosi bila tanah diolah, faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan kelas lahan, dan kelas kapabilitas lahan. Disamping itu, semua tanah-tanah pertanian diuji kesuburan, reaksi tanah, dan kondisi alkalinitas/ salinitasnya.

2.1. Parameter evaluasi lahan

Sebagian besar teknik evaluasi lahan adalah seragam dalam melukiskan sifat lahan internal dan eksternal. Berikut adalah bebera¬pa parameter yang lazim digunakan.


2.1.1. Sifat Fisik Lahan dan Tanah

Tekstur lapisan atas Keadaan batu Erosi
Kasar Bebas Tanpa-sedikit
Sedang Sedikit Sedang
Halus Sedang Parah
Banyak Sangat parah

Tekstur subsoil Hambatan pengolahan Bahaya erosi
bila diolah
Kasar Tidak sulit Tidak ada
Sedang Sulit ringan
Halus Sangat sulit Sedang
Parah
Kedalaman topsoil Permeabilitas Faktor untuk
dan subsoil subsoil kelas lahan:

Dalam Sangat lambat Tekstur
Agak dalam Lambat Permeabilitas
Dangkal Sedang Kedalaman
Sangat dangkal Cepat Slope
Erosi
Drainase
Warna topsoil Drainase permukaan Kelas Lahan
Kelas I
Terang Jelek Kelas II
Sedang Sedang Kelas III
Gelap Baik Kelas IV
Berlebihan Kelas VI
Kelas VII
Kelas VIII


Struktur tanah : Drainase internal:
Pipih Berlebihan
Prismatik Baik
Kolumnar Cukup
Kubus Jelek
Granuler Slope :
Butir lepas Hampir datar Curam
Masif Landai Sangat curam
Agak miring

2.1.2. Praktek konservasi dan pengelolaan yang dianjurkan

(a). Metode Vegetatif:
1. Rotasi tanaman selama satu atau dua tahun
2. Rotasi tanaman selama tiga atau empat tahun
3. Rotasi tanaman selama lima tahun atau lebih
4. Pastur permanen
5. Hutan permanen
6. Jangan membakar residu tanaman
7. Strip-cropping
8. Pengelolaan residu tanaman
9. Tanam rumput dan/atau legum yang dianjurkan
10. Lindungi dari pembakaran
11. Penggembalaan/perumputan terkendali
12. Pengendalian tumbuhan liar yang merusaK
13. Pengendalian belukar dan pepohonan
14. Cagar alam
15. Saluran air berumput
16. Pupuk hijau
17. Bera .

(b). Metode Mekanik:
1. Teras atau sabuk gunung
2. Perataan lahan
3. Strip cropping
4. Pembersihan batu dan belukar
5. Terrasering
6. Irigasi
7. Bangunan penguat terras
8. Saluran pengendali /pembuangan
9. Sistem drainase
10. Mulsa penutup permukaan tanah



3. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

3.1. Kerangka Klasifikasi menurut Metoda FAO (1976)

"Kesesuaian lahan" adalah keadaan tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu bidang lahan ini dapat berbeda-beda tergantung pada tataguna lahan yang diinginkan. Metode FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori, yaitu:
1. Order: keadaan kesesuaian secara global
2. Kelas: keadaan tingkatan kesesuaian dalam order
3. Sub-Kelas: keadaan tingkatan dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalan¬kan.
4. Unit: keadaan tingkstan dalam sub kelas didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

3.1.1. Kesesuaian lahan pada tingkatan kelas

Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari order dan menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian dari suatu order. Simbol Kelas ini berupa nomor urut yang ditulis di belakang simbol order, dimana nomor urut ini menunjukkan tingkatan kelas yang menurun dalam satu order. Banyaknya kelas dalam setiap order sebe¬narnya tidak terbatas, tetapi dianjurkan hanya memakai tiga kelas dalam order S dan dua kelas dalam order N. Jumlah kelas tersebut harus berdasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan- tujuan penafsiran.
Jika tiga kelas yang dipakai dalam order S dan dua kelas dalam order N, maka uraiannya adalah sbb:

(1). Kelas S1: Sangat sesuai (Highly suitable).
Lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata berpengaruh terhadap produk¬sinya dan tidak akan menaikkan masukan di atas yang telah biasa diberikan.

(2). Kelas S2. Cukup Sesuai (Moderately suitable).
Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas tersebut akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

(3). Kelas S3 : Hampir Sesuai (Marginally suitable).
Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mem-pertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

(4). Kelas N1 : Tidak sesuai pada saat ini (Currently not suitable).
Lahan mempunyai pembatas yang lebih serius, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki pada tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian seriusnya sehingga mencegah penggunaan secara berkelangsungan dari lahan.

(5). Kelas N2 : Tidak sesuai untuk selamanya (Permanently not suitable). Lahan mempunyai pembatas permanen untuk mence¬gah segala kemungkinan penggunaan berke-langsungan pada lahan tersebut.

3.1.2. Kesesuaian lahan pada tingkatan sub-kelas

Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu kelas. Setiap kelas dapat dipecahkan menjadi satu atau lebih sub-kelas tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditaruh setelah simbol kelas. Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas kedalaman efektif (s) akan menurunkan sub-kelas S2s. Biasanya hanya ada satu simbol pembatas di dalam setiap subkelas. Akan tetapi bisa juga dalam subkelas mempunyai dua atau tiga simbol pembatas dengan catatan jenis pembatas yang paling dominan ditempatkan pertama. Misalnya dalam subkelas S2t,s, maka pembatas topografi (t) adalah pembatas dominan dan pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas ke dua atau tambahan.

3.1.3. Kesesuaian lahan pada tingkatan unit

Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari subkelas. Semua unit yang berada dalam satu subkelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat-an subkelas. Unit yang satu berbeda dengan unit yang lain dalam sifat-sifat atau aspek-aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembedaan detail dari pembatas-pembatasnya. Dike¬tahuinya pembatas secara detail memudahkan penafsiran dalam menge¬lola rencana suatu usahatani.
Kesesuaian lahan pada tingkat unit, pemberian simbolnya dibe-dakan oleh angka-angka arab yang dipisahkan oleh tanda penghu¬bung dari simbol subkelas, misalnya S2 e-1, S2 e-2. Unit dalam satu subkelas jumlahnya tidak terbatas. Contoh penamaan dari mulai order hingga unit adalah sbb:



Order S (sesuai) Subkelas S2t



S2t-2




Kelas S2 (cukup sesuai Unit 2 dari subkelas S2t




3.2. Kesesuaian Lahan untuk Padi sawah

Untuk penilaian kesesuaian lahan tanaman padi sawah ini digu-nakan modifikasi dari sistem Steele dan Robinson (1972). Pada sistem ini aslinya dikenal lima kelas :
P-I: Lahan sangat sesuai untuk tanaman padi sawah
P-II: Lahan cukup sesuai untuk tanaman padi sawah
P-III: Lahan hampir sesuai untuk tanaman padi sawah
P-IV: Lahan kurang sesuai untuk tanaman padi sawah
P-V: Lahan tidak sesuai untuk tanaman padi sawah.

Untuk menyesuaikan dengan kerangka pada metode FAO (1975), korelasinya adalah sbb:
Kelas P-I menjadi kelas S1.
Kelas P-II menjadi Kelas S2
Kelas P-III menjadi Kelas S3
Kelas P-IV menjadi Kelas N1
Kelas P-V menjadi Kelas N2.

Sebagai pedoman dalam penilaian ditambahkan kriteria kuantita-tif dari besaran faktor pembatas kesuburan.



3.2.1. Kesesuaian pada tingkat kelas

Pedoman pengelompokkan menjadi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah mengikuti kriteria berikut ini.

(1). Kelas S1 : Lahan sangat sesuai untuk tanaman padi sawah.
Pada umumnya lahan ini sedikit sekali pembatasnya dengan sifat-sifat mempunyai kedalaman efektif 75 cm, teksturnya lebih halus dari berlempung halus (fine loamy), permeabilitas lambat, hampir datar dan drainase agak terhambat hingga terhambat. Mempunyai tingkat kesuburan tanah sangat tinggi atau sedang dan tidak mempunyai atau mengandung kadar garam atau bahan-bahan beracun dalam jumlah yang membahayakan . Air mudah ditahan pada tanah-tanah ini dengan alat pengontrol air yang biasa dipakai. Air irigasi cukup, paling tidak untuk satu kali tanam selama setahun tanpa adanya resiko kerusakan oleh kekeringan atau banjir.

(2). Kelas S2: Lahan cukup sesuai untuk tanaman padi sawah
Pembatas adalah kecil dan termasuk satu atau lebih dari pemba¬tas-pembatas berikut ini:
1. Kedalaman efektif 50-75 cm
2. Sebaran besar butir berliat, berlempung halus atau berdebu halus
3. Permeabilitas 0.5 - 2.0 cm/jam
4. Tingkat kesuburan tanah rendah
5. Salinitas 1500-2500 mmhos/cm
6. Reaksi tanah yang sedikit membatasi produksi (pH pada lapisan 0-30 cm adalah 4.5-5.0 atau 7.5-8.0)
7. Kemiringan 1-3%
8. Sedikit berkerikil yang menghambat pertumbuhan tanaman
9. Kadang-kadang ada sedikit kekurangan air
10.Kadang-kadang ada kerusakan sedang yang disebabkan oleh banjir/genangan

Air pada lahan ini dapat ditahan di tempat tanpa kesulitan. Air irigasi cukup tersdia untuk satu kali tanam dalam setahun. Dapat mengalami sedikit /sebentar menderita kekurangan air tanah tetapi produksi tidak begitu banyak berpengaruh oleh adanya kekeringan. Kadar hara dapat menjadi faktor pembatas akan tetapi biasanya masih dapat diatasi dengan pemupukan.

(3). Kelas S3: Lahan hampir sesuai untuk tanaman padi sawah.
Lahan ini mempunyai satu atau lebih dari pembataspembatas berikut:
1. Kedalaman efektif 25-50 cm
2. Permeabilitas 2.0 - 6.5 cm/jam
3. Tingkat kemasaman yang ekstrim (pH lapisan 0.30 cm adalah 4.0-4.5)
4. Sebaran besar butir (tekstur) berdebu kasar dan berlem¬pung kasar
5. Lereng 3-5%
6. 50-80% wilayah rata tanpa mikro relief
7. Sedikit berkerikil dan berbatu
8. Resiko sedang dalam periode < 4 tahun, dalam 10 tahun yang disebabkan oleh sedikit kekurangan air
9. Drainase sangat terhambat atau sedang
10. Sedang (tapi sering) kerusakan oleh banjir/genangan sewak¬tu-waktu kerusakan dapat menjadi hebat.

Perlengkapan dan fasilitas pengendali air mungkin diperlukan untuk menahan air. Air irigasi cukup tersedia untuk satu kali tanam pada kebanyakan tahun, tetapi periode kering dapat menyebabkan kerusakan sedang pada tanah yang mempunyai kapasitas memegang air rendah. Dalam beberapa hal pemupukan diperlukan untuk mempertinggi hasil tanaman.

(4). Kelas N1: Lahan tidak sesuai pada saat ini.
Lahan mempunyai pembatas satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini:
1. Kedalaman efektif 10-25 cm
2. Sebaran besar butir (tekstur) berskeletal
3. Permeabilitas 6.5-25 cm/jam
4. Kesuburan tanah sangat rendah
5. Reaksi tanah pada kedalaman 0-30 cm adalah 3.5-4.0 atau 8.0-8.5
6. Salinitas 2500-4000 mmhos/cm
7. Kemiringan 5-8%
8. Relief mikro: 40-50% pada wilayah datar
9. Adanya resiko yang serius disebabkan oleh adanya keku-rangan air
10. Drainase cepat
11. Banjir/genangan sering terjadi dan mem-bahayakan

(5). Kelas N2: Lahan tidak sesuai untuk tanaman padi sawah
Lahan mempunyai banyak pembatas yang sukar diatasi, sehingga membuatnya tidak sesuai untuk tanaman padi sawah. Pembatas¬nya termasuk lereng terjal, dan keadaan topografi yang tidak memungkinkan untuk mengumpulkan atau menahan air, kedala¬man efektif dangkal sekali dan sangat berbatu, teksturnya berpasir dan berskeletal, permeabilitas sangat cepat, salinitas tinggi dan bahay banjir/genangan yang sangat membahayakan. Kebanyakan lahan-lahan dari kelas ini pada daerah tinggi atau bergunung. Lahan ini mungkin sesuai untuk padangrumput atau hutan.
3.2.2. Kesesuaian pada tingkat subkelas

Kelas kesesuaian untuk tanaman padi sawah juga dapat dirinci lagi menjadi satu atau lebih subkelas tergantung dari jenis pembatas¬nya. Faktor yang biasa menjadi pembatas dalam subkelas pada lahan untuk tanaman padi sawah ialah:
s : Pembatas pada zone perakaran (kedalaman efektif, tekstur, permeabilitas dan adanya batu)
n : kesuburan tanah
m : Kekurangan air untuk tumbuhnya tanaman. Ini dapat disebabkan oleh sumber airnya, yaitu hujan, sungai dan air lainnya yang tidak cukup pada periode pertumbuhan tanaman
f : Banjir/genangan (frekuensi dan lamanya), kedalaman air genangan dan kecepat-an air harus dipertimbangkan dalam penentuan pembatas ini.
t : Pembatas topografi berupa lereng yang persentase kemiringannya tinggi (> 5%) dan ke-tinggian tempat lebih dari 750 m dpl, serta adanya mikro relief yang nyata yang membatasi pertumbuhan tanaman. Keadaan topografi seperti ini tidak memungkinkan untuk mengum-pulkan air tanpa masu¬kan (input) yang tinggi dan sulitnya penggunaan alat-alat mekanis.
x: Salinitas atau alkalinitas, pembatas ini berupa kandungan garam yang tinggi se-hingga mem-batasi pertumbuhan tanaman.
a : Reaksi tanah. Lahan mempunyai ke-masaman yang tinggi atau yang rendah yang sukar diatasi.


3.3. Kesesuaian Lahan Tanaman Lahan Kering

Pada dasarnya digunakan metode yang dikemukakan oleh Robin¬son dan Soepraptohardjo (1975) dalam " A Proposed Land Capability Appraisal System for Agricultural Use in Indonesia".

3.3.1. Kesesuaian lahan pada tingkat kelas
Pedoman untuk mengelompokkan ke dalam kelas kesesuaian lahan tanaman pangan dan tanaman tahunan dapat mengikuti tabel kriteria¬nya masing-masing.

3.3.2. Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas
Beberapa jenis pembatas baik untuk tanaman pangan maupun tanaman tahunan pada lahan kering yang merupakan kriteria subke-lasnya adalah:
s : Pembatas pada zone perakaran, berupa kedalaman efektif¬nya kurang, teksturnya agak kasar hingga sangat kasar, kapasitas memegang air rendah dan berbatu.
n : kesuburan tanah sangat rendah dan susah diatasi.
a : reaksi tanah yang sangat masam dan susah untuk diatasi
x : salinitas dan alkalinitas, yaitu kandungan garam yang tinggi dan akan dapat mempengaruhi tanaman.
d : kelas drainase alamiah, yaitu berupa kelebihan air yang disebabkan oleh muka air tanah (water table) yang tinggi, permeabilitas lambat, atau aliran permukaan yang lambat atau kombinasi ketiganya.
f : banjir, harus diper¬hatikan frekuensi, lama, dalam, kecepatan air dan juga kemungkinan masuknya air asin.
e : erosi, ketahanan terhadap erosi, tingkat kerusakan erosi terdahulu dan besarnya persentase lereng adalah faktor yang perlu diperhatikan
t : relief, harus diperhatikan persentase lereng dan atau relief mikro.
r : tipe hujan; jumlah curah hujan setiap tahun dan distri¬businya karena mempengaruhi upaya-upaya pemeliharaan tanaman.

(1). Kriteria Evaluasi kesuburan Tanah

KTK (me/100 g liat) KB (%)
Sngt tinggi > 40 Sngt tinggi > 70
Tinggi 25 - 40 Tinggi 51 - 70
Sedang 17 - 24 Sedang 36 - 50
Rendah 5 - 16 Rendah 20 - 35
Sangat rendah < 5 Sangat rendah < 20
Bahan organik % C P-tersedia; ppm P2O5
Sngt tinggi > 5 Sngt tinggi > 35
Tinggi 3.01 - 5 Tinggi 26-35
Sedang 2.01 - 3.0 Sedang 16-25
Rendah 1.00 - 2.00 Rendah 10-15
Sangat rendah < 1.00 Sangat rendah < 10



Untuk tanah-tanah yang megandung "cat clay" di antara keda-laman satu meter, pH pada kedalaman 30 cm dipakai untuk menilai status kesuburan.

Kelas pH pH (H2O) pada kedalaman 0-30 cm
Agak rendah 4.3 - 4.5
Agak rendah - rendah 4.0 - 4.2
Rendah < 4.0

(2). Kunci untuk perkiraan kesuburan tanah

KTK KB BO P Status kesuburan
ST-T ST ST-S ST-S Sangat tinggi
ST-T ST S-R S -R Tinggi
ST-T S S ST-S Tinggi
ST-T ST R S-SR Sedang
ST-T S S-R S-SR Sedang
ST-T SR S S Rendah
S ST ST-S ST Sangat tinggi
S ST S S Tinggi
S ST R S-SR Sedang
S S S S-SR Sedang
S S R ST-S Sedang
S S R S-SR Rendah
S SR S ST-S Rendah
S SR R S-SR Sangat rendah
R ST S ST-S Tinggi
R ST R S-SR Sedang
R S S ST-S Sedang
R S R S-SR Rendah
R ST SR S-SR Rendah
R S SR S-SR Sangat rendah
R SR R S-SR Sangat rendah
SR ST S R Rendah
SR S-SR SR SR Sangat rendah



Tabel 1. Pedoman kriteria pengelompokkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman pangan lahan kering

Faktor yang dipakai dalam mengevaluasi Sim-bol Kelas kesesuaian lahan

kelas kesesuaian S1 S2 S3 N1 N2
1. Kedalaman efektif > 75 cm > 50 > 25 > 10 lainnya
2. Tekstur zone perakaran*) s (a) (b) (c) (d) (e)
3. Pori air tersedia Tinggi Tinggi-sedang Tg-rendah Tg-rndah Tg-sngt rendah
4. Kesuburan tnah**) n ST- Sd ST - Rd ST- SR ST-SR ST-SR
5. Reaksi tanah (pH) a 5.0-7.0 4.5-8.0 4.0-8.0 <4.0 <3.0 - >8.0
6. Salinitas tanah DHL x 103 (mmhos/cm) x <1.5 <2.5 <4.0 >4.0 Lainnya
7. Kelas drainase d Sdang/ Sdang/ Agk cpat- Cepat Sgat cepat
baik baik agak terhabat Sngt terhambat Sngt terhabat
8. Kerusak-an banjir f Jarang: < 1 x dalam 10 tahun Kerusakan sedang kadang-kadang <3 x dlm 10 th Kerusakan sedang mungkin - sering: < 4 x dalam 10 th Sering terjadi kerusakan serius; memerlukan penga-turan air Jarang sampai sering kerusakan yang serius
9. Erosi e Tdk ada /sedikit Sedang Berat Sangat berat Sangat berat
10. Lereng/relief mikro t <3% /relief mikro Relief mikro < 8% sedikit Relief mikro <8% sedang <15% ba-nyak Diperlukan pera taan/teras >15% lereng kompleks
11. Tipe Hujan; Oldeman et al. r A1; A2 A;B1;B2;B3 A;B;C; D1;D2 A;B;C;D;E1; E2 A;B;C;D;E.
Keterangan: *) tekstur tanah pada zone perakaran:
(a) Berliat, berlempung halus, berdebu halus
(b) Berliat, berlempung halus, berdebu halus
(c) Berliat, berlempung halus dan kasar, berdebu halus dan kasar
(d) Berliat, berlempung halus dan kasar, berdebu halus dan kasar, berskeletal
(e) ............................. " ............................, berpasir dan berskeletal
**) penilaian kesuburan tanah seperti penjelasan di atas.


Tabel 4.2. Pedoman kriteria pengelompokkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tahunan lahan kering


Faktor yang dipakai dalam mengevaluasi Simbol Kelas kesesuaian lahan

kelas kesesuaian S1 S2 S3 N1 N2


1. Kedalaman efektif >100 cm > 75 > 50 > 25 lainnya
2. Tekstur zone perakaran*) s (a) (b) (c) (d) (e)
3. Pori air tersedia Tinggi Tinggi-sedang Tg-rendah Tg-rendah Tg-sngt rendah
4. Kesuburan tanah**) n ST - Sdg ST - Rd ST - SR ST - SR ST - SR
5. Reaksi tanah a pH 5.0-7.0 4.5-8.0 4.0-8.0 pH<4.0 pH<4.0- >8.0
6. Salinitas tanah DHL x 103 (mmhos/cm) x <1.5 <2.5 <4.0 >4.0 Lainnya
7. Kelas drainase d sedang/baik sedang/baik agak cepat- agak terhambat cepat - sngt terhamb at Sangat cepatsngt terhambat
8. Kerusakan banjir f < 3 x dalam 10 tahun < 4 x dlm 10 th Sering tapi tak serius Sering sekali serius Serius sekali-sngt serius






9. Erosi e Tidak ada/sedikit Sedang-agak berat Berat -sngt berat Berat- sangat berat Sangat berat
10. Lereng/relief mikro t < 8 % < 8% <15% < 30% > 30%
11. Tipe Hujan,
Oldeman et al. r A,B A,B,C1,C2,C3 A,B,C,D1,D2,D3 A,B,C,D, E1,E2 A,B,C,D,E

Untuk tanah Histosol:

12. Jenis gambut k Saprik Saprik Saprik Hemik Fibrik
13. Ketebalan gambut g <50 cm < 50 < 50 < 100 Lainnya
14. Kesuburan tanah n ST- Sdg ST - Rd ST-SR ST - SR --
15. Toksisitas c
(kedalaman cat clay) >150 cm >100 >100 >50 Lainnya
16. Salinitas DHL x 103 x <1.5 <2.5 <4.0 <4.0 Lainnya
(mmhos/cm)




3. Kesesuaian untuk Budidaya Tanaman

3.1. Seri Tanah Tempur

A. Lokasi : Dukuh Tempur, Desa Pagak , Kecamatan Pagak

B. Deskripsi Serie Tempur
Serie tanah ini terdiri atas tanah-tanah yang solumnya sangat dalam, drainagenya baik , permeabilitasnya lambat, padfa lereng uang konveks, bahan induknya hasil lapukan material klastik-vulkanik yang terletak di atas batukapur yang telah lapuk; gradien slope 1-65%, rataan suhu udara tahunan 25oC, dan rataan curah hujan tahunan 1900 mm.

C. Kelas taksonomi : Udertic Paleustalfs, isohyperthermik

D. Deskripsi Profil pewakil
Tanah liat Tempur ini terletak pada lereng konveks yang menghadap ke Timur , lahan garapan berteras bangku dengan lebar teras 3-15 m dan tinggi tebing 30- 60cm, untuk menanam tanaman tebu , slope 3- 7%.
Ap (kedalaman 0-12 cm); liat coklat tua kemerahan (5YR 3/3) dan coklat tua (10 YR 4/3) bila kering; granuler halus lemah; konsistensi agak keras, gembur, plastis dan lekat; banyak pori halus, pori medium dan pori kasar yang tidak teratur ; banyak akar halus ; celah-celah lebar 3-5 cm; reaksinya agak masam ; batas horison smooth abrupt (tebalnya 9-15 cm)
Bt1 (kedalaman 12-47 cm); liat coklat tua kemerahan (5 YR 3/3) ; prismatik sangat kasar lemah hingga gumpal bersudut medium moderat; konsistensi teguh, plastis dan lekat; ada sela¬put liat cklat tua kemerahan pada permukaan ped dan pori; banyak akumulasi Mn ; banyak pori halus, sedikit pori medium dan pori kasar tubuler dan vesikuler; akar halus dan kasar sedikit ; celah-celah selebar 2-4 cm; reaksinya netral; batas horison smooth diffuse
Bt2 (kedalaman 47-68 cm); liat coklat tua kemerahan (5YR 3/3) ; sedikit material vulkanik-klastik keputihan beruku¬ran pasir; struktur prismatik sangat kasar lemah hingga gumpal bersudut, medium , moderat, dan gumpal; konsistensi teguh, plastis dan lekat; ada selaput liat coklat tua kemerahan (5YR 3/4) pada permukaan ped dan pori; agak banyak akumulasi Mn; pori halus, dan medium sedikit ; akar halus dan kasar sedikit; celah-celah lebarnya 2-3 cm; reaksinya agak alkalin ; batas horison smooth gradual .
Bt3 (kedalaman 68- 97 cm); Liat coklat tua kemerahan ( 5YR 3/4); banyak material keputihan berukuran pasir dengan becak-becak keputihan halus; struktur gumpal bersudut medium dan kasar moderat; gumpal membulat; konsistensi teguh, plastis dan lekat; ada selaput liat coklat tua kemerahan (5YR 3/3) pada ped dan pori; akumulasi Mn cukup banyak; sedikit pori halus, dan pori medium tubuler; celah-celah selebar 1-2 cm; reaksinya netral ; batas horison smooth diffuse .
Bt4 (kedalaman 97 -115 cm); liat coklat kemerahan; banyak material vulkanik-klastik berukuran pasir keputihan; struktr prismatik sangat kasar lemah dan gumpal membulat lemah; konsistensi sangat teguh, plastis dan lekat; ada selaput liat yang jelas, coklat tua kemerahan(5YR 3/3) pada permukaan ped dan pori; banyak akumulasi Mn pada permukaan ped; pori halus agak banyak, pori medium dan pori kasar tubuler sedikit; celah-celah selebar 1-2 cm; reaksinya netral; batas horison smooth jelas..
Bt5 (kedalaman 115-142 cm); liat coklat kuat (7.5YR 4/6); struktur gumpal bersudut , kasar dan medium, lemah; kon¬sistensi teguh, plastis dan lekat; ada sedikit selaput liat coklat tua kemerahan (5YR 3/3) pada permukaan ped ; sedikit akumulasi Mn yang jelas ; kerikil batukapur 5% ; reaksinya agak alkalin; batas horison smooth jelas (Tebalnya gabungan horison Bt adalah 110- 165 cm).
2C (kedalaman 142-161 cm); liat coklat kuat (7.5YR 5/6); masif; sangat teguh, plastis dan lekat; nodul besi merah (10YR 4/8) 5%; sedikit akumulasi Mn yang jelas; kerikil batuka¬pur 5%; agak alkalin.

E. Karakteristik Umum
Solum tanah 150-180 cm , dan kedalaman hingga bahan litologis yang diskontinyu 80-130 cm, kedalaman hingga batuan induk lebih dari 150 cm. Celah-celah mulai terjadi pada permukaan tanah dan meluas hingga kedalaman 50-140 cm selama musim kering, lebarnya 3-5 cm di permukaan tanah dan 0.5 cm pada kedalaman 140 cm. Fragmen batuan kapur 1-5% di sebelah bawah diskontinyu; reaksi¬nya agak masam hingga agak alkalis di sebelah atas lapisan diskontinyu dan agak masam hingga agak alkalis di sebelah bawah lapisan diskontinyu.
Horison Ap mempunyai hue 10YR - 5YR , value 3 atau 4, dan khroma 2 atau 3 bila kering dan bila basah mempunyai hue 10YR-5YR, value 3 dan khroma 2 atau 3; teksturnya liat , lempung liat, dan lempung debu; reksinya agak masam.
Horison Bt mempunyai hue 5YR atau 7.5YR, value 3 atau 4 , khroma 3 - 6 , teksturnya liat , akumulasi Mn sedikit hingga agak banyak; persentase kerikil batukapur 1-5%; reaksinya netral hingga agak alkalis.
Horison 2C mempunyai hue 5YR atau 7.5YR, value 4 atau 5 , khroma 6 - 8 , teksturnya liat ; nodul besi di beberapa horison 1-5%; reaksinya agak alkalis.

F. Tatanan Geografis
Tanah-tanah ini ditemukan pada punggung bukit yang konveks, dan lereng sisi yang lurus , bahan induknya material vulkanik- klastis yang terletak di atas hasil lapukan batukapur; gradien slope 1% pada punggung bukit yang datar hingga 65% pada lereng sisi; rataan suhu udara 24-26oC, rataan curah hujan tahunan 1700-2100 mm.

G. Drainase dan Permeabilitas
Drainage tanah baik , limpasan permukaan lambat hingga sangat cepat, permeabilitasnya lambat.

H. Penggunaan lahan dan vegetasi
Sebagian besar digunakan sebagai lahan tegalan dengan tanaman jagung, tebu, ubikayu , kelapa, kapok randu, pisang ; kayu jati, dan bambu.
Hasil analisis contoh tanah disajikan dalam Tabel 1, sedangkan hasil analisis neraca lengas lahan disajikan dalam Tabel 2. Evaluasi kesesuaian lahan disajikan dalam Tabel 3.



Tabel 1. Hasil analisis contoh tanah Seri Tempur

No. Analisis Kedalaman; cm:
0-12 12-47 47-68 68-97 97-115 >115
1. Tekstur:
Pasir; % 23 11 12 5 2 2
Debu; % 26 20 19 28 15 16
Liat; % 51 69 69 67 83 82
2. Reaksi tanah:
pH(H2O) 6.5 7.1 7.5 7.3 7.3 7.4
pH(KCl) 4.9 5.2 5.3 5.6 6.2 6.4
3. Kesuburan
C; % 0.89 0.46 0.42 0.40 0.30 0.26
N; % 0.07 0.04 0.03 0.03 0.04 0.02
C/N 13 12 14 13 8 13
P-Olsen; ppm 5 2 7 2 4 7
Total P; kg/ha 5
Total K; kg/ha 120
4. Kation Tukar:
KTK; me/100g 27.49 34.17 34.66 36.10 33.08 33.70
Ca 14.60 20.33 20.65 22.08 23.32 25.95
Mg 2.40 2.54 2.44 3.18 3.67 4027
K 1.37 0.59 0.23 0.20 0.19 0.16
Na 0.27 0.67 0.80 0.82 0.65 0.62
KB; % 68 63 70 73 84 91
5.Lengastanah;v/v
pF 2.54 35.4 41.5 43.4 48.4 42.6 49.8
pF 4.2 23.9 17.9 18.2 26.8 26.3 31.2
Air tersedia 11.5 23.6 25.2 21.6 16.3 18.6
6. Faktor erodi-
Bilitas; k 0.30 0.10 0.10 0.15 0.10 0.10




Tabel 2 . Neraca lengas lahan bulanan di lokasi Tempur, Pagak

Unsur-unsur Bulan:
Iklim Jan Fbr Mrt April Mei Juni Juli Agust Sept. Okt. Nop Des.
1. ETP terkoreksi 120.6 104 118 112 114.5 106.3 106.9 111.8 112.7 124 128 124
2. C. hujan 330 263 170 165 67 74 80 30 52 126 243 275
3. SA 209.4 159 51.6 53.4 -47.5 -32.3 -26.9 -81.8 -60.7 2.4 115 151
4. APWL 0 0 0 0 47.5 79.8 106.6 188.4 249.1 0 0 0
5. Kadar air
Tanah (KAT) 486 486 486 486 446.2 421 401.2 346.3 310.5 313 486 486
6. Perubahan
d(KAT) 0 0 0 0 -39.8 -25.2 -19.9 -54.9 -35.8 2.4 173. 0.0
7 .ETA 120.6 104 118 112 106.8 99.2 99.9 84.9 87.8 124 128. 124
8. Defisit 0 0 0 0 7.7 7.1 7.0 26.9 24.9 0 0 0
9. Surplus 209.4 159 51.6 33.4 0 0 0 0 0 0 0 151
Keterangan: Kedalaman tinjau tanah = 115 cm; KL = 486 mm; APWL = Akumulasi daya penguapan; Defisit = ETP – ETA; Surplus = CH - ETP - d(KAT); Titik Layu Permanen (TLP) = 260 mm



Tabel 3. Hasil Analisis Kesesuaian Lahan

No. Jenis Tanaman Tingkat kesesuaian :
S1 S2 S3 N
1. Padi sawah
2. Padi gogo S2r.n
3. Ubikayu S2r.n
4. Ubijalar S2r.n
5. Kacangtanah S2r.n
6. Kedelai S2r.n
7. Pisang S3d.n
8. Pepaya S3d.n
9. Mangga S2r.n
10.Alpokat S2r.n
11.Jeruk S2r.n
12. Rambutan S3c.r.n
13. Apel N
14. Tebu S2r.n
15. Kelapa S2r.n
16. Kopi S2r.n
17. Cokelat S2r.n
Keterangan faktor pembatas: c = iklim (suhu udara dan tinggi tempat); d = kekeringan; n = kesuburan tanah; r = pembatas zone perakaran (tanah padat, dangkal, berkerikil, berbatu); w = drainase buruk.



3.2. Seri Tanah Klakah

A. Lokasi
Desa Dadapan, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur

B. Serie Klakah
Serie ini terdiri atas tanah-tanah yang solumnya sangat dalam, drainagenya baik, permeabilitasnya cepat, padalereng kaki vulka¬nik, bahan induknya abu vulkan, gradien slope 1-45%, rataan suhu udara tahunan 24oC, dan rataan curah hujan tahunan 2000 mm.

C. Kelas taksonomi : Typic Hapludolls , isohyperthermik


D. Deskripsi Profil pewakil
Tanah pasir berlempung kasar , pada lereng kaki yang menghadap ke selatan, lahan garapan berteras bangku degan lebar teras 7-8 m dan tinggi tebing 30-40 cm, untuk menanam tanaman jagung, pepaya, jeruk, kopi, pisang dan sengon.
Ap (kedalaman 0-17 cm); pasir berlempung lembab coklat sangat tua (10YR 2/2) ; struktur granuler sangat halus ; konsis¬tensi sangat gembur, tidak plastis dan tidak lekat; banyak pori halus, pori medium agak banyak dan pori kasar sedikit; banyak akar halus dan akar medium sedikit; reaksinya agak masam; batas horison smooth diffuse
AB (kedalaman 17-34 cm); pasir berlempung lembab hitam (10 YR 2/1) ; struktur granuler halus, lemah ; konsistensi sangat gembur , tidak plastis dan tidak lekat; banyak pori halus, pori medium agak banyak dan kasar sedikit ; akar halus agak banyak dan kasar sedikit ; reaksinya agakmasam; batas horison smooth dan jelas
BW1 (kedalaman 34-46 cm); pasir berlempung lembab coklat tua kekelabuan (10YR 3/2) dan coklat sangat tua (10YR 2/2); masif ; konsistensi sangat gembur , tidak plastis dan tidak lekat; banyak pori halus, pori medium agak banyak dan pori kasar sedikit; akar halus banyak dan medium sedikit; reaksinya agak masam; batas horison smooth abrupt
BW2 (kedalaman 46- 68 cm); pasir coklat tua kekuningan (10YR 3/4); lepas ; konsistensi sangat gembur , tidak plastis dan tidak lekat; banyak pori halus, pori medium dan pori kasar agak banyak; akar halus dan medium sedikit; reaksinya netral ; batas horison smooth diffuse
BC (kedalaman 68 - 83cm); pasir coklat tua kekuningan (10YR 3/4); lepas ; konsistensi sangat gembur , tidak plastis dan tidak lekat; banyak pori halus, pori medium dan pori kasar sedikit; akar halus sedikit; reaksinya netral ; batas horison smooth abrupt.
C1 (kedalaman 83 -108cm); pasir coklat tua (10YR 3/3) ; lepas ; konsistensi sangat gembur , tidak plastis dan tidak lekat; banyak pori halus, pori medium dan pori kasar agak bany¬ak; reaksinya netral, smooth abrupt.
2C2 (kedalaman 108-137cm); pasir coklat tua kekelabuan (10YR 3/2) dan hitam (10YR 2/1); lepas ; konsistensi sangat gembur , tidak plastis dan tidak lekat; pori halus, pori medium dan pori kasar yang tidak teratur agak banyak; reaksinya netral, batas smooth abrupt.
2C3 (kedalaman 137-155cm); pasir berkerikil kelabu tua (10YR 3/1) dan coklat tua ; kerikil ukuran 2-5 cm sebanyak 30%; lepas ; konsistensi sangat gembur , tidak plastis dan tidak lekat; banyak pori halus, pori medium dan pori kasar tidak teratur; netral.




E. Karakteristik Umum

Tebal solum 75-100cm, dan kedalaman hingga bahan induk lebih dari 150 cm, reaksinya agak masam hingga netral pada seluruh profil tanah.
Horison Ap mempunyai hue 10YR , value 2 atau 3 , khroma 1 atau 2 bila lembab ; teksturnya pasir berlempung atau lempung berpasir , reaksinya agak masam
Horison AB mempunyai hue 10YR , value 2 atau 3, khroma 1 atau 2 bila lembab, teksturnya pasir berlempung atau lempung berpasir , reaksinya agak masam .
Horison Bw mempunyai hue 10YR , value 3 , dan khroma 2- 4 bila lembab, teksturnya pasir berlempung atau pasir, reaksinya agak masam hingga netral.
Horison BC dengan hue 10YR, value 2 atau 3, khroma 2-4 bila lembab, pasir hingga pasir berlempung, netral.
Horison C degan hue 10YR, value dan khroma 2-4, tek¬sturnya pasir hingga pasir berlempung, netral.


F. Tatanan Geografis

Tanah-tanah ini ditemukan pada lipatan upland dengan punggung bukit , ujung lembah, dan lereng kaki yang lurus, konkaf, kon¬veks, gradien slope 3-45%, rataan suhu udara 23-25oC, rataan curah hujan tahunan 1800-2200 mm.


G. Drainase dan Permeabilitas

Drainage tanah baik , limpasan permukaan lambat hingga sangat cepat, permeabilitasnya sangat cepat.

H. Penggunaan lahan dan vegetasi

Sebagian besar digunakan sebagai lahan pekarangan, dan tegalan dengan tanaman jagung, ubikayu , kopi, cengkeh dan kelapa ; vegetasi lainnya adalah sonokeling , lamtoro, sataria dan gleri¬side sebagai pelindung erosi.
Hasil analisis contoh tanah disajikan dalam Tabel 4, sedang¬kan hasil analisis neraca lengas lahan disajikan dalam Tabel 5. Hasil evaluasi kesesuaian lahan disajikan dalam Tabel 6.



Tabel 4. Hasil analisis contoh tanah Seri Klakah


No. Analisis Kedalaman cm:
0-17 17-34 34-46 46-68 68-89 89-108
1. Tekstur:
Pasir; % 76 82 77 97 88 97
Debu; % 22 17 21 3 12 3
Liat; % 2 1 2 0 0 0
Kelas
2. Reaksi tanah:
pH(H2O) 6.0 6.2 6.5 7.0 6.6 6.7
pH(KCl) 5.0 5.3 5.4 5.5 5.1 5.3
3. Kesuburan
C; % 1.95 1.78 1.97 0.31 0.53 0.29
N; % 0.19 0.15 0.18 0.05 0.05 0.03
C/N 10 12 11 6 11 10
P-Olsen; ppm 6 9 4 3 3 7
Total P; kg/ha 5
Total K; kg/ha 250
4. Kation Tukar:
KTK; me/100g 11.30 12.81 14.08 16.11 16.02 15.17
Ca 5.38 6.88 7.10 8.16 8.92 9.99
Mg 0.46 0.84 0.88 1.89 1.03 1.18
K 0.36 0.64 0.61 2.02 1.10 0.89
Na 0.05 0.11 0.13 0.13 0.20 0.21
KB; % 55 66 62 76 70 81
5.Lengastanah;v/v
pF 2.54 30.0 28.1 32.9 23.3 21.4 26.3
pF 4.2 13.0 18.0 16.3 11.0 10.4 14.9
Air tersedia 17.0 10.1 16.6 12.3 11.0 11.4
6. Faktor erodi-
bilitas; k 0.17 0.17 0.17 0.10 0.10 0.10




Tabel 5. Neraca lengas lahan bulanan di lokasi Klakah

Unsur-unsur Bulan:
Iklim Jan Febr Mart April Mei Juni Juli Agu Spt Okt. Nop Des.
1. ETP terkoreksi 133.2 119.5 132.4 125.6 127 116 116 122 123 138 136 136
2. C hujan 409 223 229 248 130 35 17 10 47 73 214 272
3. SA 275.8 103.5 96.6 122.4 2.7 -82 -99 -112 -76 -66 77.8 136
4. APWL 0 0 0 0 0 81.9 181. 293. 369 435 0 0
5.Kadar air
tanah (KAT) 292 292 292 292 292 223 161. 112 87.3 70.4 148. 292
6.Perubah-an
d(KAT) 0 0 0 0 0 -68 -62 -49 -25 -17 77.8 144
7 .ETA 133.2 119.5 132.4 125.6 127. 104 78.9 59.6 71.6 89.9 136. 136.
8. Defisit 0 0 0 0 0 13.3 37.3 62.6 51.3 48.9 0 0
9. Surplus 275.8 103.5 96.6 122.4 2.7 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan: Kedalaman tinjau tanah = 108 cm; KL = 292 mm; APWL = Akumulasi daya penguapan; Defisit = ETP – ETA; Surplus = CH - ETP - d(KAT); Titik Layu Permanen (TLP) = 150 mm



Tabel 6. Hasil analisis Kesesuaian Lahan

No. Jenis Tanaman Tingkat kesesuaian :
S1 S2 S3 N
1. Padi sawah N
2. Padi gogo S2n
3. Ubikayu S2n
4. Ubijalar S2n
5. Kacangtanah S2n
6. Kedelai S2n
7. Pisang S2n
8. Pepaya S2n
9. Mangga S2n
10.Alpokat S2n
11.Jeruk S2n
12. Rambutan S3c
13. Apel N
14. Tebu S2n
15. Kelapa S2c
16. Kopi S2n
17. Cokelat S2n
Keterangan faktor pembatas: c = iklim (suhu udara dan tinggi tempat); d = kekeringan; n = kesuburan tanah; r = pembatas zone perakaran (tanah padat, dangkal, berkerikil, berbatu); w = drainase buruk.